Deutsches Denken
Pola berfikir orang jerman
oleh : Mu‘arrifuzzulfa
Secara intuitiv saya menulis tulisan yang akan menjadi salah satu catatan besar dalam pendidikan kehidupan di negara jerman. Kenapa saya sebut pendidikan kehidupan, karena pendidikan adalah dampak dari luar. Apa yang kita dengar, rasakan, lihat yang berpengaruh kepada pola pikir dan sikap seseorang. Tidak semua lulusan S1,S2 itu sejatinya berpendidikan.
Terkadang kita terlalu bangga bahwa kita lulus S1 dan mendapatkan Ijazah. Sejatinya ijazah itu adalah tanda bahwa orang itu pernah bersekolah, atau pernah berfikir( mungkin berfikir ketika masa-masa mau ujian), bukan menjadi orang yang TERUS BERFIKIR.
Identitas
Kita terlalu mencari sebuah identitas diri dan berbangga dengan itu, bahwa kita adalah lulusan S1 di universitas ini dan itu.
Bagaimana seseorang itu bisa teridentifikasi kalau kehidupannya itu terus berkembang, dari identitas menjadi seseorang pelajar SMP, berkembang menjadi anak SMA, berkembang menjadi mahasiswa S1 dan seterusnya.
Sebenarnya yang bisa diidentifikasi adalah orang mati atau mayit, karena dia sudah tidak berkembang lagi. Dan itu pantas untuk diberi identitas. Jadi mari terus berfikir dan berubah biar tidak bisa teridentifikasi.
Jerman sudah tidak asing lagi bagi kita masyarakat Indonesia. Bahwa negara ini adalah negara yang maju dalam Ekonomi, Politik Sosial dan Teknologi.
Budaya Kritis
Budaya kritis atas segala sesuatu adalah salah satu faktor yang menjadikan mereka berkembang.Karena pada dasarnya yang menggerakkan negara jerman adalaha manusianya, yang menjadikan teknologi mereka berkembang adalah karena manusianya, dalam arti pola pemikiran mereka. Sejak kecil mereka terdidik untuk bebas mengutarakan pendapat, bebas berfikir.
menggerakkan negara jerman adalaha manusianya, yang menjadikan teknologi mereka berkembang adalah karena manusianya, dalam arti pola pemikiran mereka. Sejak kecil mereka terdidik untuk bebas mengutarakan pendapat, bebas berfikir.
Terbentuknya sebuah pola pikir orang jerman pasti tidak lepas dari para pemikir pemikir jerman yang menjadikan sebuah landasan mereka berfikir.
Primus inter pares
Diambil dari bahasa latin adalah subuah prinsip yang seakan akan menjadi dasar pemikiran di jerman, yang artinya bahwa, anggota dari sebuah institusi mempunyai Hak yang sama dengan pemimpinnya.
Misalnya seorang pemimpin mengkritik anggotanya, maka anggota berhak juga mengkritik pemimpinnya.
Jika Profesor mengkritik mahasiswanya,
maka seorang mahasiswa berhak mengkritik Profesornya dan profesor harus menerima kritik dari mahasiswanya. seorang mahasiswa berhak berdebat dengan Profesornya.
Seorang anak umur 22 tahun pun berhak mendebat kepada seorang anggota DPR atau presiden, mungkin bagi kita hal ini sangat jarang bahkan agak canggung dengan umur segitu untuk berdebat dengan DPR. persamarataan menjadi dasar hukum di jerman, tidak ada perbedaan dari segi apapun, semuanya sama dimata negara.
Dalam sebuah Podium ( Wahlarena)
Dimana Angela Merkel (Kanselir/kepala pemerintahan Jerman) berdiri di tengah, yang dikelilingi oleh para hadirin dari berbagai kalangan muda sampai tua siap menanyakan segala permasalahan kehidupan.
Salah satu penanya adalah Alexander Jorgel, dia berumur sekitar 22 tahun, seorang pelajar dan bekerja sebagai perawat di rumah sakit. dia bertanya ke Angela Merkel
Alexander
“selamat malam, anda mengetahui bahwa dalam dasar undang-undang kita artikel 1 bahwa martabat seseorang tidak boleh terlukai.
Saya sedang bekerja di Rumah sakit dan di panti jompo, dan saya melihat realitanya, bahwa setiap hari di jerman martabat seseorang ini telah terlecehkan. Saya pikir ini adalah keadaan yang tidak akan membaik.
Ada banyak manusia (orang tua) yang setiap harinya membutuhkan bantuan dalam perawatan tetapi tidak terbantu dikarenakan kurangnya tenaga perawat. Mereka adalah manusia yang telah membangun negeri ini setelah perang dunia ke 2. Seharusnya mereka sekarang mendapatkan pelayanan yang maksimal. Seorang perawat sangatlah terbebani masalah ini. melayani banyak sekali orang tua tetapi hanya sedikit yang ingin kerja sebagai perawat.
“Anda sudah 12 tahun di pemerintahan dan dalam pandangan saya anda tidak banyak melakukan kontribusi dalam bidang keperawatan. seharusnya ada “Standar keperawatan” yang lebih bagus dan gaji perawat dinaikkan, itu semuanya mungkin bukan? “
Angela Merkel
“Kita mempunyai banyak uang dalam situasi ini tapi saya bilang secara terbuka. Saya tidak bisa berjanji, bahwa keputusan akhir nanti (dari pemerintahan) adalah hal yang memuaskan.
Tapi yang pastinya kita akan meletakkan berbagai standar keperawatan. Kita juga sudah berusaha untuk lebih meningkatkan masalah finansial.
Agar kinerja semakin membaik. kita merancang dua undangundang baru, dan saya harap setelah 2 tahun keadaan akan semakin membaik.”
Alexander
Sambil memotong jawaban merkel dan berbicara secara lantang, “ itu tidak akan berfungsi dan tidak akan membaik“
Setelah Alexander berdebat lama dengan Merkel akhirnya Merkel memberikan jawaban terakhir
Angela Merkel
“ dan secara jujur, kalau saya boleh mengatakan sesuatu. Saya sangat bangga bahwa anda agak marah( terhadap kebijakan pemerintah).
Saya sangat bangga bahwa anda berani mengatakan hal ini kepada saya, disamping itu juga bahwa anda masih mau belajar dan bekerja dalam bidang keperawatan ini”
Kalau melihat konteks diatas, kita melihat anak muda berumur sekitar 22 tahun berani berdebat langsung secara argumentatif dengan kepala pemerintahan Jerman (Angela Merkel).Dia belum pernah bertemu dengan Merkel sama sekali.
Keberanian dia sebenarnya berbasis kepada kebebasan berpendapat, yang merupakan dasar dari negara jerman. dan disini kita melihat konsep Primus inter pares terrealisasikan, bahwa seorang anggota mempunyai hak yang sama dengan pemimpinnya. Seorang kepala negara boleh berdiskusi dan berdebat dengan masyarakatnya tanpa melihat pangkat, jabatan, ras agama, umur dll.
Emil Rustige 7 tahun
Hari sabtu 08.09.2018 jam 11 di salah satu kota di Jerman, Hamburg.
Emil Rustige adalah salah satu anak yang mengkoordinir sebuah demo dengan tema
„ Protes panyalahgunaan Handphone oleh orang tua“ .
Gagasan ini keluar setelah kejadian ketika orang tuanya yang setiap hari terlalu sibuk dan sering meluangkan waktu nya untuk HP, sehingga dia merasa diabaikan, tidak mendapatkan perhatian dari orang tuanya.
Martin Rustige dan Lisa Rustinge adalah orang tua dari Emil.
Mereka mengaku bahwa mereka sering meluangkan waktunya untuk HP dan perhatian untuk anaknya sangat kurang.Atas dasar inilah Emil berbicara kepada ayahnya bahwa dia ingin mengadakan sebuah Demo dan mengundang anak anak seumuran dia kisaran 6 sampai 7 tahun untuk mengadakan demo di Hamburg dengan tema
„ Protes panyalahgunaan Handphone oleh orang tua“.
Meskipun umur Emil relatif masih kecil, dia tetap bersikeras untuk mengadakan demo. Orang tuanya sudah paham bahwa dasar hukum di jerman salah satunya adalah kebebasan berpendapat. Maka seorang ayah tidak bisa menolak keinginan anaknya untuk melakukan demo ini.
Emil tidak berharap akan banyaknya orang yang datang pada demo nanti, tetapi sangat berharap akan lebih banyak orang tua yang perhatian dalam masalah ini. Hari minggu tiba, 150 orang diantaranya kalangan anak anak dan para orang tua berdemo di kota Hamburg.
Dalam pembukaan demo
Emil digendong di atas pundak ayahnya dan berbicara di depan para pendemo secara lantang,
“ saya sangat berharap sekali, setelah demo ini agar semua orang tidak banyak lagi yang mengisi waktunya untuk HP”
Bisa anda bayangkan anak seumuran Emil bisa berbicara tentang menjunjung tinggi Haknya, yaitu mendapatkan perhatian dari orang tuanya dan dia berani berbicara menyampaikan pendapatnya di depan anak-anak seumurannya dan bahkan para orang tua.
Disini kita mendapatkan pelajaran bahwa, orang yang lebih tua bukan berarti selalu benar. Bahkan banyak orang tua yang berada di demo itu merasa terpukul dan sadar akan tanggung jawabnya sebagai orang tua.
Dalam sebuah acara “Interaksi langsung kepala pemerintahan dengan rakyat“ di Kindergarten(Taman kanak-kanak). Angela Merkel( Kepala pemerintahan jerman) akan menjawab langsung berbagai pertanyaan-pertanyaan dari anak-anak. Angela Merkel dikerumuni anak anak TK dan bermacam- macam. Pertanyaan dilontarkan oleh anak anak (antara umur 5,6,7 tahun), berikut adalah pertanyaan-pertanyaan mereka :
Pertanyaan anak Pertama
“apa yang anda lakukan untuk menjunjung tinggi perdamaian antara orang kulit hitam dan kulit putih?”
Merkel
: “ ya… saya sangat takut jika masih ada lagi orang menilai seseorang dari rupa, ras, asal negara, orientasi seksual. Saya tidak tahu siapa di antara kalian sudah mengetahui, bahwa dalam undang-undang dasar negara kita pada artikel pertama, artikel yang sangat-sangat penting adalah “ martabat setiap manusia tidak boleh terlukai”,seseorang tidak boleh saling membeda-bedakan satu sama lain. itu yang harus saya katakan pertama kali.
Di negeri kita memang tidak banyak orang berkulit hitam, tapi kita berusaha untuk menyamaratakan setiap manusia dalam kehidupan dan memberikan kesempatan yang sama. Anda yakin bahwa di negara kita masih ada permasalahan tentang hal ini ? atau kamu berbicara tentang masalah di negara negara lain?
Anak Pertama
“saya berbicara masalah negara lain”
Merkel
“ya… di amerika umpanyanya kalau kita lihat, memang masih ada sebagian yang rasis. maka kami jelas-jelas menekankan bahwa tidak boleh ada perbedaan, bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama didunia ini.”
Anak kedua
“jika anda terpilih lagi menjadi kepala pemerintahan, apa yang anda ingin capai?”
Merkel
“ kita akan memperlancar pengembangan Internet, kalian tahu apa itu internet?” anak-anak menjawab : “ tidak, kita tidak mengetahui apa itu internet”
Anak ketiga (9 tahun)
“ apa yang ingin anda katakan tentang Donald Trump?”
Merkel
“ saya bekerja sama kepada setiap presiden Amerika, kita mempunyai hubungan sangat erat, kita sangat Respek kepada masyarakat amerika dalam pemilihan presidennya, dan Trump telah terpilih menjadi presiden, tetapi kita ada beberapa perbedaan pendapat, contohnya masalah perlindungan iklim dunia.
Pertemuan 20 Negara besar yang diadakan di Hamburg kemarin, saya sangat senang sekali bahwa kebanyakan negara mempunyai pendapat yang sama dalam masalah perlindungan iklim dunia. Meskipun saya tetap memiliki pendapat yang berbeda dengan Trump, kami sangat membutuhkan kerja sama yang erat. “
Anak ke empat
“ apa yang anda katakan, jika didunia ini sudah tidak ada lagi uang?”A
Merkel
”oww… ini pertanyaan yang sangat rumit, tetapi saya akan mencoba menjawabnya,…………………….”
kalau kita melihat esensi dari pembicaraan Merkel dengan anak-anak, kita akan bisa membanyangkan bagaimana seorang anak-anak umur 6-9 tahun bisa meluntarkan sebuah pertanyaan yang sangat-sangat berkualitas dan tidak biasa bagi umuran mereka dan setiap pertanyaan dijawab oleh Merkel.
Bagaimana seorang anak sudah paham sekali masalah rasisme di negara lain?
Bagaimana seorang anak mengetahui pro dan kontra atas terpilihnya presiden amerika Trump?
Sehingga mereka berkata :
“bagaimana menurut Merkel presiden Trump itu?”. dan yang anehnya lagi ketika mereka ditanya, “ kalian tahu apa itu internet?” jawaban anak-anak “tidak, kami tidak tahu”.
Seumuran mereka tidak mengetahui apa itu internet, membuktikan bahwasannya anak-anak kecil tidak tersibukkan dengan media sosial, internet dll.
Jerman maju karena pola berfikir mereka yang sangat kritis. pola pikir kritis terbentuk sejak mereka kecil. selalu bertanya dan tidak takut untuk berpendapat.
Ketika saya di kelas yang terdiri dari 30 orang, saya merasakan bahwa di jerman terdapat interaksi yang sangat erat antara seorang dosen dan student. Perdebatan hangat yang berargumentatif, perbedaan pendapat antara dosen dan studentnya terjadi setiap hari. suatu hari teman saya(student masih muda) ditanya oleh Profesornya(sudah tua);” hey… kamu mau kopi tidak? kalau mau saya buatkan”.
Bagaimana menurut anda apakah hal ini sesuatu yang aneh, seorang profesor membuatkan kopi buat mahasiswanya?
Dikarenakan semuanya dianggap sama rata di hadapan negara, tidak memandang suku,negara umur dll, maka hal ini mengakibatkan ketidaktakutan seorang mahasiswa untuk bertanya dan mengutarakan pendapat kepada profesornya dan pada akhirnya transfer ilmu dari profesor ke mahasiswanya menjadi lancar.
Suatu hari di kelas di jam pertama
saya mendapatkan materi Anatomi Jantung. temen saya namanya Dagmar, dia membawa anaknya laki-laki yang berumur 10 tahun ke kelas. Karena anaknya sakit dan tidak ada yang menjaganya di rumah, akhirnya dia mengajaknya ke kelas. Dagmar duduk di bagian tengah dan anaknya duduk paling belakang. Dosen kami adalah seorang dokter yang sudah berumur sekitar 75 tahun.
Ketika semuanya serius memperhatikan penjelasan dari Dosen, tiba-tiba anaknya Dagmar mengacungkan tangan (tanda seseorang ingin berbicara) dan dengan lantang mengajukan pertanyaan yang rumit kepada dosen kami tentang anatomi jantung. Satu kelas kaget dan langsung menengok kebelakang mengarahkan pandangannya kepada anak tersebut. Dosen kami berjalan mendekati anak itu dan menjelaskan secara terperinci.
Lalu Dosen berkata ke anak itu, “kamu mempunyai kompetensi untuk menjadi seorang dokter, apakah kamu bercita-cita menjadi dokter?”. Anak itu menjawab,” tidak, aku ingin menjadi pesepakbola, saya bertanya karena saya hanya ingin tahu” . teman-temanku semua tertawa…..
Dimana sebenarnya letak lambatnya perkembangan pola pikir di indonesia?
Kalau kita mentelaah dari etika kita berintelektual maka kita akan membacanya dari cabang Teori Etika , yaitu teori Utilitarisme dan Teori Deontologi. Utilitarisme menekankan pada perbuatan yang menghasilkan manfaat. Tentu bukan sembarang manfaat, tetapi manfaat yang paling banyak membawa kebahagiaan bagi banyak orang.
Tetapi dalam teori ini ada sebuah konsequensi. Kalau kita analisa dalam praktik maka akan banyak kita temukan di keseharian kita. Menghalalkan mencontek dalam Ujian akhir sekolah, tersebarnya kunci jawaban Ujian nasional.
Seorang guru penjaga UAS bekerjasama dengan seorang kepala sekolah. Agar kalau ada yang mencontek jangan di laporkan ke Pusat penyelenggara UAS karena kalau dilaporkan nanti nama sekolah menjadi
jelek. Contoh lain, menaikkan kelas seorang anak, yang sebenarnya tidak pantas untuk dinaikkan. Agar nama sekolah dianggap baik dimata sekolah-sekolah lain, karena semua muritnya naik kelas.
Dalam Utilitarisme, seorang penjaga ujian Nasional yang memberikan kesempatan muridnya untuk mencontek adalah tujuan dari teori ini. Dalam memberi manfaat yang paling banyak membawa kebahagiaan bagi banyak orang.
Murid bahagia, orangtua murid bahagia, guru bahagia karena muridnya lulus semua, negara bahagia karena standar kelulusan murid menjadi bagus
Tetapi dalam teori ini ada sebuah Konsequensinya
Konsequensi dari ini semu adalah kebiasaan mencontek menjadikan orang tidak mau berfikir, banyaknya lulusan SD, SMP,SMA yang seharusnya tidak lulus. Banyaknya lulusan S1 yang tidak mempunyai standar pemikiran S1, lulusan S2 yang tidak mempunyai standar pemikiran S2.
Jika para lulusan S2 yang tidak mempunyai standar pemikiran S2 mengajar di SD, SMP, SMA dan bangku perkuliahan.Maka secara kasar bisa dikatakan bahwa generasi dibahwah kita (anak-anak) sedang belajar kepada orang yang sebenarnya belum pantas untuk mengajar. Ini adalah konsequensi dari Utilitarisme. Apakah realitas yang terjadi ini semua bisa disebut etika berintelektual?
Pemahaman tentang Deontologi
telah di terangkan sejara jelas oleh Immmanuel Kant. Secara singkat definisinya adalah kebalikan dari Utilitarisme, contoh dalam prakteknya adalah, kita benar benar menyelenggarkan UAS tanpa ada yang mencontek sama sekali. Meskipun 100 anak tidak naik kelas, tetapi jika hanya 20 orang yang naik kelas saja, maka mereka bisa di sebut anak-anak yang benar-benar pantas untuk naik kelas.
Jika 20 anak ini naik ke jenjang perkuliahan dan mereka tidak melakukan kebiasaan mencontek, membuat tugas makalah di kuliah tidak hanya copy paste dari internet, tetapi pergi ke perpustakaan dan benar-benar membaca buku, mencari referensi dll, maka mereka jika lulus S1, S2 atau S3 sudah bisa disebut orang yang pantas untuk lulus dari perkuliahan. Dan jika mereka mengajar, maka mereka disebut sebagai pengajar yang mempunyai standar untuk mengajar, dan ini lah yang disebut etika berintelektual.
Bagaimana perkuliahan di jerman?
Perpustakaan dipenuhi oleh para mahasiswa. Bahkan saya pernah dinasehati oleh mahasiswa lulusan kedokteran .
„ kalau kamu kuliah kedokteran maka kamu harus merelakan waktumu dengan teman-temanmu. Karena kamu hari senin sampai jumat setelah kuliah harus belajar dirumah atau kamu harus ke Perpustakaan. Sabtu dan minggu kamu seharian harus ke perpustakaan untuk belajar. Karena kalau kamu tidak begini kamu tidak akan lulus dan materi tidak akan terkejar“
Deutsches Denken
Deutsches Denken
Deutsches Denken
Deutsches Denken
Deutsches Denken
Deutsches Denken
Deutsches Denken
Deutsches Denken
Deutsches Denken
Deutsches Denken
Deutsches Denken
Deutsches Denken
Deutsches Denken
Deutsches Denken
Deutsches Denken
Beri Komentar